Pembagian
kebersihan dalam islam
“sesungguhnya mendapatkan kemenanganlah orang yang
membersihkan dirinya,”(QS.Al-A’la: 14). Dalam islam, kebersihan bersifat global
atau luas. Artinya kebersihanitu meliputi semua aspek dalam islam. Barangsiapa
benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara islam ini maka oleh
Allah mereka dijanjikan kemenengan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.
Pembaca yang di rahmati Allah, sebelum membahas lebih jauh perlu diketahui
bahwa kebersihan menurut Islam paling tidak ada 8 tingkat, yaitu:
1.
Kebersihan
I’tiqad atau Aqidah. Kebersihan dalam aspek ini adalah yang paling utama, yaitu
kebersihan aqidah dari syirik atau kekufuran. Jangan sampai aqidah kita tidak
bersih, baik kepada zat Allah, Sifat Allah, maupun perbuatan-Nya. Seringkali
kita terjebak secara tidak sadar dalam hal-hal kecil, dimana jika kita tidak
pahami secara I’tiqad maka hal kecil itu dapat men jerumuskan kita kepada syirik
khafi(halus). Misalnya kita sering mengatakan, secara tidak sadar; “Ijazah
inilah yang akan mengubah nasibmu” “Obat ini yang telah menyembuhkan sakitku
selama ini,” “Dokter telah confirm bahwa hidupnya tinggal 6 bulan lagi,” “Air
minum ini dapat menghilangkan hausmu,” “Andaikan semalam mereka tidak lewat,
pasti mereka tidak akan mengalami kemalangan maut itu.”
2.
Bersih
dari sifat mazmumah (sifat jahat dalam hati). Mazmumah ada 2 jenis yaitu
mazmumah atau sifat tercela kepada Allah dan mazmumah terhadap sesama manusia,
yaitu antara penyakit hati(mazmumah) terhadap Allah adalah: tidak khusyuk
beribadah, lalai dari mengingat Allah, tidak yakin dengan Allah, tidak iklas
dengan Allah, tidak takut pada ancaman Allah, tidak harap pada rahmat Allah,
tidak ridha akan taqdir Allah, tidak puas dengan pemberian Allah,tidak sabar
atas ujian Allah,tidak bersyukur atas nikmat Allah, tidak terasa diawasi oleh
Allah, tidak kehebetan Allah SWT, tidak rindu dan cinta dengan Allah, tidak
tawakal kepada Allahtidak rindu pada syurga dan tidak takut pada neraka, gila
dunia, membuang waktu dengan sia-sia, penakut(takut pada selain Allah), ujub,
riya’, gila pujian dan kemayshuran. Sedangkan mazmumah terhadap sesama manusia
diantaranya, adalah benci membenci, rasa gembira kalau dia mendapat celaka dan
rasa sedih berhasil mendoakan kejatuhannya, tidak mau minta ma’af dan tidak mau
memaafkan kesalahannya, haus dengki, dendam, bakhil, buruk sangka, tidak
berlapang dada, tiada ketenangan diri, tidak tolong menolong, tamak dan keras
hati, mementingkan diri sendiri, sombong, tidak sabar dengan meusia, memandang
hina kepada seseorang, riya’, ujub, dan rasa diri bersih.
3.
Bersih
dari hawa nafsu yang jahat. Kita harus bersih dar hawa nafsu yang jahat, sebab
nafsu itu kalau kita ikuti, maka Allah menganggap kita bertuhankan nafsu. Allah
SWT berfirman, “Tidaklah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhan?” di firman yang lain Allah menyebutkan “Sejahat-jahat manusia
adalah yang menuruti kehendak hawa nafsunya.” Nafsu adalah kehendak dalam diri
manusia yang Allah ciptakan berupa fitrah, baik itu kehendak yang sesuai
syariat atau yang bertentangan dengan syariat. Kewajiaban kita adalah
membersihkan dan mendidik nafsu dari hal-hal yang melanggar syariat dengan cara
melawan nafsu(mujahadatun nafsi) yang jahat diiringi dengan menyuburkan
kehendak-kehendak yang sesuai dengan kehendak yang Allah ridhai.
4.
Perkara
yang lahiriah juga mesti terbebas atau bersih dari hal-hal yang makruh terlebih
lagi yang haram. Yaitu kebersihan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian,
rumah, tempat mandi/tandas, dsb.
5.
Kebersihan
pergaulan dari terlibat pergaulan yang makruh ataupun haram, bergaul tanpa ada
batasan syariat dsb.
6.
Bersih
di sudut ibadah, misalnya bersih dari 3 jenis najis, bersih dari najis aini dan
najis hukmi. Wajib bersih juga dari hadas besar dan hadas kecil, dari hal-hal
yang menjijikan seperti kotoran hidung, kotoran mata, kotoran telinga.
Hindarakan sholat dengan pakaian yang tidak kemas dan rapi atau pakaian ala
kadarnaya, walaupun tidak najis tapi kita di depan Tuhan. Bila mau bertemu raja
saja, kita bersih, wangi, pakai make up sedangkan dengan Allah kita ala kadar
sahaja. Secara tidak sadar kita sudah mengecilkan Tuhan atau tudak beradap
dengan Tuhan.
7.
Kebersihan
akalmdari ideologi, kita zaman Solafussoleh dahulu umat islam tidak ada
idelogi-ideologi atau isme seperti saat ini. Ideologi adalah cara atau sistem
hidup yang direka oleh menusia yang tidak ada kaitannya dengan wahyu. Bersih
dari ideologgi artinya jangan kita jadikan ideologi sebagai pegangan, sebagai
agama, sebagai cara hidup, tanpa terkecuali, seperti komunis, nasionalis,
kapitalis, sosialis, demokrasi dsb. Sebagai ilmu tidak mengapa belajar
ideologi, tapi jangan kita jadikan sebagai pegangan hidup, karena hanya islam
saja merupakan sistem hidup yang di ridhoi oleh Allah SWT. Begitu juga ekonomi
kita, hendaklah bersih dari sekkularisme, dari riba, penindasan, terutama
pendidikan mesti bersih sebab pendidikan jiwa peribadi dan pendirian kita.
Jangan pendidikan kita bercorak sekular. Diantarayang berbahaya dari pendidikan
sekular yaitu mengesampingkan Tuhan, Allah SWT tidak di masukkan dalam dalam
setiap program pendidikan atau pendidikan tidak di kaitkan dengan yang maha
Pencipta. Walaupun yang di pelajari perkara yang halal, akan tetapi akan jadi
hasilnya menjadi haram bila Allah ditinggalkan atau dikesampingkan. Kita
mungkin bertanya, “apa salahnya saya belajar matematik, sastra, sejarah,
ekonomi, sains?” Salahnya yaitu jika kita
semua tidak di kaitkan dengan Allah atau mengesampingkan Allah. Jadi
dikarenakan tidak dikaitkan dengan Allah, ilmu-ilmu yang tidak salah tadi
menjadi salah. Kenapa? Sebab jika mengesampingkan Allah SWT, maka sains jadi
Tuhan, matematik jadi Tuhan, walaupun tidak menyebut itu Tuhan. Efek samping
juga adalah semakin maju peradaban, semakin canggih tekhnologi, semakin gagah
pembanngun material maka semakin rusak akhlak dan moral manusia, semakin banyak
terjadi kejahatan, peperangan dan dsb. Wahyu Allah pertama turun kepada nabi
Muhammad adalah “iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq…”(bacalah dengan nama
Tuhanmu…) (QS. AL-Alaq).
8.
Bersih
dari adat, sekedar belajar adat tidak mengapa, tapi jangan dijadikan sebagai
pegangan. Sebab islam itu sudah syumul/lengkap/sempurna.misalnya pembagian
harta waris. Di berapa daerah, perempuan mendapat harta lebih banyak dari
lelaki bahkan ada yang semua di berikan
kepada peremmpuan. Boleh jadi orang yang kawin dengan perempuan dari daerah itu
secara tidak sadar dia makan harta yang haram. Masih banyak lagi contoh adat
yang tidak sesuai dengan syariat. Jangan sebut adat bersendi syariat, karena
itu adalah dua hal yang berbeda, adat merupakan ciptaan manusia sedangkan Islam
dari Allah.
Jadi kebersihan menurut islam,
menurut kehendak Allah SWT itu bersifat mujmal/global. Sudahkah kita mengukur
dari kita (sebelum dan ketika ramadhan, pasca ramadhan, idul fitri,dan pasca
idul fitri ). Mungkin kita sudah menjaga kebersihan aqidah dan ibadah, tapi
pendidikan ekonomi, akal dan pergaulan belum bersih. Atau misalnya walaupun
tidak ikut ideologi, tapi kalau kita membesarkan dan memuja akal, pergaulan
kita masih bebas, ekonomi masih terlibat riba dan kapitans artinya kita belum
bersih juga.
Agama islam hendaklah bersih
dalam semua aspek. Kita dapat melihat diri kita hanya bersih dalam beberapa
aspek saja. Yang lain belum tentu, itupun misalnya di sudut ibadah, setelah di
periksa rumah-rumah kita, belum bersih. Tempat sholatnya, bilik mandinya,
tandasnya, bilik tidurnya dsb.