Minggu, 13 Mei 2012

BERSIHKAN DIRI SUCIKAN JIWA

                                                     Oleh: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj

Pembagian kebersihan dalam islam
            “sesungguhnya mendapatkan kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya,”(QS.Al-A’la: 14). Dalam islam, kebersihan bersifat global atau luas. Artinya kebersihanitu meliputi semua aspek dalam islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenengan baik di dunia terlebih lagi di akhirat. Pembaca yang di rahmati Allah, sebelum membahas lebih jauh perlu diketahui bahwa kebersihan menurut Islam paling tidak ada 8 tingkat, yaitu:
1.      Kebersihan I’tiqad atau Aqidah. Kebersihan dalam aspek ini adalah yang paling utama, yaitu kebersihan aqidah dari syirik atau kekufuran. Jangan sampai aqidah kita tidak bersih, baik kepada zat Allah, Sifat Allah, maupun perbuatan-Nya. Seringkali kita terjebak secara tidak sadar dalam hal-hal kecil, dimana jika kita tidak pahami secara I’tiqad maka hal kecil itu dapat men jerumuskan kita kepada syirik khafi(halus). Misalnya kita sering mengatakan, secara tidak sadar; “Ijazah inilah yang akan mengubah nasibmu” “Obat ini yang telah menyembuhkan sakitku selama ini,” “Dokter telah confirm bahwa hidupnya tinggal 6 bulan lagi,” “Air minum ini dapat menghilangkan hausmu,” “Andaikan semalam mereka tidak lewat, pasti mereka tidak akan mengalami kemalangan maut itu.”
2.      Bersih dari sifat mazmumah (sifat jahat dalam hati). Mazmumah ada 2 jenis yaitu mazmumah atau sifat tercela kepada Allah dan mazmumah terhadap sesama manusia, yaitu antara penyakit hati(mazmumah) terhadap Allah adalah: tidak khusyuk beribadah, lalai dari mengingat Allah, tidak yakin dengan Allah, tidak iklas dengan Allah, tidak takut pada ancaman Allah, tidak harap pada rahmat Allah, tidak ridha akan taqdir Allah, tidak puas dengan pemberian Allah,tidak sabar atas ujian Allah,tidak bersyukur atas nikmat Allah, tidak terasa diawasi oleh Allah, tidak kehebetan Allah SWT, tidak rindu dan cinta dengan Allah, tidak tawakal kepada Allahtidak rindu pada syurga dan tidak takut pada neraka, gila dunia, membuang waktu dengan sia-sia, penakut(takut pada selain Allah), ujub, riya’, gila pujian dan kemayshuran. Sedangkan mazmumah terhadap sesama manusia diantaranya, adalah benci membenci, rasa gembira kalau dia mendapat celaka dan rasa sedih berhasil mendoakan kejatuhannya, tidak mau minta ma’af dan tidak mau memaafkan kesalahannya, haus dengki, dendam, bakhil, buruk sangka, tidak berlapang dada, tiada ketenangan diri, tidak tolong menolong, tamak dan keras hati, mementingkan diri sendiri, sombong, tidak sabar dengan meusia, memandang hina kepada seseorang, riya’, ujub, dan rasa diri bersih.
3.      Bersih dari hawa nafsu yang jahat. Kita harus bersih dar hawa nafsu yang jahat, sebab nafsu itu kalau kita ikuti, maka Allah menganggap kita bertuhankan nafsu. Allah SWT berfirman, “Tidaklah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan?” di firman yang lain Allah menyebutkan “Sejahat-jahat manusia adalah yang menuruti kehendak hawa nafsunya.” Nafsu adalah kehendak dalam diri manusia yang Allah ciptakan berupa fitrah, baik itu kehendak yang sesuai syariat atau yang bertentangan dengan syariat. Kewajiaban kita adalah membersihkan dan mendidik nafsu dari hal-hal yang melanggar syariat dengan cara melawan nafsu(mujahadatun nafsi) yang jahat diiringi dengan menyuburkan kehendak-kehendak yang sesuai dengan kehendak yang Allah ridhai.
4.      Perkara yang lahiriah juga mesti terbebas atau bersih dari hal-hal yang makruh terlebih lagi yang haram. Yaitu kebersihan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, rumah, tempat mandi/tandas, dsb.
5.      Kebersihan pergaulan dari terlibat pergaulan yang makruh ataupun haram, bergaul tanpa ada batasan syariat dsb.
6.      Bersih di sudut ibadah, misalnya bersih dari 3 jenis najis, bersih dari najis aini dan najis hukmi. Wajib bersih juga dari hadas besar dan hadas kecil, dari hal-hal yang menjijikan seperti kotoran hidung, kotoran mata, kotoran telinga. Hindarakan sholat dengan pakaian yang tidak kemas dan rapi atau pakaian ala kadarnaya, walaupun tidak najis tapi kita di depan Tuhan. Bila mau bertemu raja saja, kita bersih, wangi, pakai make up sedangkan dengan Allah kita ala kadar sahaja. Secara tidak sadar kita sudah mengecilkan Tuhan atau tudak beradap dengan Tuhan.
7.      Kebersihan akalmdari ideologi, kita zaman Solafussoleh dahulu umat islam tidak ada idelogi-ideologi atau isme seperti saat ini. Ideologi adalah cara atau sistem hidup yang direka oleh menusia yang tidak ada kaitannya dengan wahyu. Bersih dari ideologgi artinya jangan kita jadikan ideologi sebagai pegangan, sebagai agama, sebagai cara hidup, tanpa terkecuali, seperti komunis, nasionalis, kapitalis, sosialis, demokrasi dsb. Sebagai ilmu tidak mengapa belajar ideologi, tapi jangan kita jadikan sebagai pegangan hidup, karena hanya islam saja merupakan sistem hidup yang di ridhoi oleh Allah SWT. Begitu juga ekonomi kita, hendaklah bersih dari sekkularisme, dari riba, penindasan, terutama pendidikan mesti bersih sebab pendidikan jiwa peribadi dan pendirian kita. Jangan pendidikan kita bercorak sekular. Diantarayang berbahaya dari pendidikan sekular yaitu mengesampingkan Tuhan, Allah SWT tidak di masukkan dalam dalam setiap program pendidikan atau pendidikan tidak di kaitkan dengan yang maha Pencipta. Walaupun yang di pelajari perkara yang halal, akan tetapi akan jadi hasilnya menjadi haram bila Allah ditinggalkan atau dikesampingkan. Kita mungkin bertanya, “apa salahnya saya belajar matematik, sastra, sejarah, ekonomi, sains?” Salahnya yaitu jika kita  semua tidak di kaitkan dengan Allah atau mengesampingkan Allah. Jadi dikarenakan tidak dikaitkan dengan Allah, ilmu-ilmu yang tidak salah tadi menjadi salah. Kenapa? Sebab jika mengesampingkan Allah SWT, maka sains jadi Tuhan, matematik jadi Tuhan, walaupun tidak menyebut itu Tuhan. Efek samping juga adalah semakin maju peradaban, semakin canggih tekhnologi, semakin gagah pembanngun material maka semakin rusak akhlak dan moral manusia, semakin banyak terjadi kejahatan, peperangan dan dsb. Wahyu Allah pertama turun kepada nabi Muhammad adalah “iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq…”(bacalah dengan nama Tuhanmu…) (QS. AL-Alaq).
8.      Bersih dari adat, sekedar belajar adat tidak mengapa, tapi jangan dijadikan sebagai pegangan. Sebab islam itu sudah syumul/lengkap/sempurna.misalnya pembagian harta waris. Di berapa daerah, perempuan mendapat harta lebih banyak dari lelaki  bahkan ada yang semua di berikan kepada peremmpuan. Boleh jadi orang yang kawin dengan perempuan dari daerah itu secara tidak sadar dia makan harta yang haram. Masih banyak lagi contoh adat yang tidak sesuai dengan syariat. Jangan sebut adat bersendi syariat, karena itu adalah dua hal yang berbeda, adat merupakan ciptaan manusia sedangkan Islam dari Allah.
Jadi kebersihan menurut islam, menurut kehendak Allah SWT itu bersifat mujmal/global. Sudahkah kita mengukur dari kita (sebelum dan ketika ramadhan, pasca ramadhan, idul fitri,dan pasca idul fitri ). Mungkin kita sudah menjaga kebersihan aqidah dan ibadah, tapi pendidikan ekonomi, akal dan pergaulan belum bersih. Atau misalnya walaupun tidak ikut ideologi, tapi kalau kita membesarkan dan memuja akal, pergaulan kita masih bebas, ekonomi masih terlibat riba dan kapitans artinya kita belum bersih juga.
Agama islam hendaklah bersih dalam semua aspek. Kita dapat melihat diri kita hanya bersih dalam beberapa aspek saja. Yang lain belum tentu, itupun misalnya di sudut ibadah, setelah di periksa rumah-rumah kita, belum bersih. Tempat sholatnya, bilik mandinya, tandasnya, bilik tidurnya dsb.